WELCOME ^,^

matur nuwun awit rawuhipun
Enjoy it..!

Minggu, 11 November 2012

SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI “HIV / AIDS”


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome  (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immuno Deficiency Virus ) yang akan mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat yang bersangkutan kehilangan daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi kanker dan lain-lain.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk penyembuhannya. Jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 5-7 tahun. Selama kurun waktu tersebut walaupun masih tampak sehat, secara sadar maupun tidak pengidap HIV dapat menularkan virusnya pada orang lain.
B. Tujuan Penulisan
·         Untuk mengetahui definisi HIV/AIDS
·         Untuk mengetahui etiologi  HIV/AIDS
·         Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS
·         Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV/AID
·         Untuk mengetahui komplikasi HIV/AIDS
·         Untuk mengetahui tinjauan kasus HIV/AIDS

C. Ruang Lingkup
·         Untuk mengetahui definisi HIV/AIDS
·         Untuk mengetahui etiologi  HIV/AIDS
·         Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS
·         Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV/AID
·         Untuk mengetahui komplikasi HIV/AIDS
·         Untuk mengetahui tinjauan kasus HIV/AIDS




BAB II
TINJAUAN TEORI

1.   Patofisiologi
Patofisiologi AIDS adalah kompleks, seperti halnya dengan semua sindrom. Pada akhirnya, HIV menyebabkan AIDS dengan berkurangnya CD4 + limfosit T pembantu. Hal ini melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memungkinkan infeksi oportunistik. Limfosit T sangat penting untuk respon kekebalan tubuh dan tanpa mereka, tubuh tidak dapat melawan infeksi atau membunuh sel kanker. Mekanisme penurunan CD4 T + berbeda di fase akut dan kronis.
Selama fase akut, HIV-diinduksi lisis sel dan membunuh sel yang terinfeksi oleh sel sitotoksik akun T untuk CD4 + T deplesi sel, walaupun apoptosis juga dapat menjadi faktor. Selama fase kronis, konsekuensi dari aktivasi kekebalan umum ditambah dengan hilangnya bertahap kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan sel baru T muncul untuk menjelaskan penurunan lamban dalam jumlah CD4 + T sel.
Meskipun gejala defisiensi imun karakteristik AIDS tidak muncul selama bertahun-tahun setelah seseorang terinfeksi, sebagian besar CD4 + T hilangnya sel terjadi selama minggu pertama infeksi, terutama di mukosa usus, pelabuhan yang mayoritas limfosit ditemukan dalam tubuh. Alasan hilangnya preferensial CD4 + T sel mukosa adalah bahwa mayoritas CD4 + T sel mukosa mengungkapkan coreceptor CCR5, sedangkan sebagian kecil CD4 + sel T dalam aliran darah melakukannya.
HIV mencari dan menghancurkan CD4 + sel CCR5 mengekspresikan selama infeksi akut. Sebuah respon imun yang kuat akhirnya kontrol infeksi dan inisiat fase laten klinis. Namun, CD4 + T sel dalam jaringan mukosa tetap habis seluruh infeksi, meskipun cukup tetap awalnya menangkal infeksi yang mengancam jiwa.
Replikasi HIV terus-menerus menghasilkan keadaan aktivasi kekebalan umum bertahan selama fase kronis. Aktivasi kekebalan tubuh, yang tercermin oleh negara aktivasi peningkatan sel kekebalan dan pelepasan sitokin pro inflamasi, hasil dari aktivitas beberapa produk gen HIV dan respon kebal terhadap replikasi HIV terus-menerus. Penyebab lainnya adalah kerusakan pada sistem surveilans kekebalan penghalang mukosa yang disebabkan oleh penipisan mukosa CD4 + sel T selama fase akut dari penyakit.
Hal ini mengakibatkan pemaparan sistemik dari sistem kekebalan tubuh untuk komponen mikroba flora normal usus, yang pada orang sehat adalah disimpan di cek oleh sistem imun mukosa. Aktivasi dan proliferasi sel T yang hasil dari aktivasi kekebalan memberikan target segar untuk infeksi HIV. Namun, pembunuhan langsung dengan HIV saja tidak dapat menjelaskan menipisnya diamati CD4 +sel T karena hanya 0,01-0,10% dari CD4 + T sel dalam darah yang terinfeksi.
Penyebab utama hilangnya CD4 T + muncul hasil dari kerentanan mereka untuk apoptosis meningkat ketika sistem kekebalan tubuh tetap diaktifkan. Meskipun baru sel T terus diproduksi oleh timus untuk menggantikan yang hilang, kapasitas regeneratif timus secara perlahan dihancurkan oleh infeksi langsung thymocytes dengan HIV. Akhirnya, jumlah minimal CD4 + sel T yang diperlukan untuk menjaga respon imun yang cukup hilang, yang mengarah ke AIDS.

2.   Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV.
Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.
Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV  dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrofag, dan sel glia jaringan otak.


3.   Manifestasi Klinis
Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala ( asimtomatik ) pada stadium awal sampai pada gejala gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.
Perjalanan penyakit lambat dan gejala gejala AIDS rata rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.
Gambaran klinis yang sesuai dengan perjalan penyakit dan lebih bermanfaat bagi kepentingan klinik diuraikan dalam fase-fase berikut.
a.       Infeksi Akut
Gejala infeksi akut biasanya timbul sesudah masa inkubasi selama 1-3 bulan. Gejala yang timbul umumnya seperti influenza (flu-like syndrome : demam, artragia, malaise, anoreksia), gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikaria), gejala syaraf ( sakit kepala, nyeri retrobulber, radikulopati, gangguan kognitif dan afektif), gangguan Gastrointestinal (nausea, vomitus, diare, kandidiasis orofarings). Pada fase ini penyalit tersebut sangat menul;ar karena terjadi veremia. Gejala tersebut diatas, merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya virus dan berlangsung kira-kira 1-2 minggu.
b.      Infeksi kronis asitomatik
Setelah infeksi akut berlalu maka selama bertahun tahun kemudian, umumnya sekitar 5 tahun, keadaan penderita tampak baik baik saja, meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat di dalam tubuh. Beberapa penderita mengalami pembesaran kelenjar limfe menyeluruh, meskipun ini bukanlah hal yang bersifat prognostic dan tidak berpengaruh bagi penderita. Saat ini ssudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4 sebagai petunjuk menurunnya kekebalan tubuh penderita.
c.       Infeksi Kronik Simtomatik
Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5 tahun terkena infeksi HIV. Berbagi gejala ringan atau berat timbul pada fase ini, tergantung pada tingkat imunitas penderita.
-  Penurunan Imunitas Sedang
Pada awal sub-fase ini timbul penyakit penyakit yang lebih ringan misalnya rektivasi dari herpes zosrer atau herpes simpleks, namun dapat sembuh spontan atau hanya dengan pegobatan biasa.
-          Penurunan Imunitas Berat
Pada sub fase ini terjadi infeki oportunistik berat yang sering mengancam jiwa penderita, seperti Pneumocytiscarinii,toksoplasma.



4.   Komplikasi Penyakit
a.      Penyakit paru-paru utama
Pneumonia  pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada orang sehat yang memilikikekebalan tubuhyang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV. Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL. Tuberkulosis(TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini.
b.      Penyakit saluran pencernaan utama
Esofagitisadalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur makanan darimulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atauvirus sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya langka .
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella,Shigella,Listeria, Kampilobakter , danEscherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umumdan virus (sepertikriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, danvirus sitomegalo(CMV) yang merupakan penyebabkolitis). Pada beberapa kasus,diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan yang digunakanuntuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri.Selain itu, diare dapat juga merupakan efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya padaClostridium difficile). Pada stadium akhir infeksiHIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuanganyang berhubungan dengan HIV.
c.       Infeksi cytomegalovirus (CMV)
Infeksi cytomegalovirus (CMV) dapat muncul bersamaan dengan infeksi lain. Gejala ensepalitis CMV termasuk lemas pada lengan dan kaki, masalah pendengaran dan keseimbangan, tingkat mental yang berubah, demensia, neuropati perifer, koma dan penyakit retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Infeksi CMV pada urat saraf tulang belakang dan saraf dapat mengakibatkan lemahnya tungkai bagian bawah dan beberapa paralisis, nyeri bagian bawah yang berat dan kehilangan fungsi kandung kemih. Infeksi ini juga dapat menyebabkan pneumonia dan penyakit lambung-usus.Infeksi virus herpes sering terlihat pada pasien AIDS. Virus herpes zoster yang menyebabkan cacar dan sinanaga, dapat menginfeksi otak dan mengakibatkan ensepalitis danmielitis (peradangan saraf tulang belakang). Virus ini umumnya menghasilkan ruam, yang melepuh dan sangat nyeri di kulit akibat saraf yang terinfeksi. Pada orang yang terpajan dengan herpes zoster, virus dapat tidur di jaringan saraf selama bertahun-tahun hingga munculkembali sebagai ruam. Reaktivasi ini umum pada orang yang AIDS karena sistem kekebalannya melemah. Tanda sinanaga termasuk bentol yang menyakitkan (serupa dengan cacar), gatal, kesemutan (menggelitik) dan nyeri pada saraf.
d.      Pasien AIDS mungkin menderita berbagai bentuk neuropati, atau nyeri saraf.
 Masing-masing sangat terkait dengan penyakit kerusakan kekebalan stadium tertentu. Neuropati perifer menggambarkan kerusakan pada saraf perifer, jaringan komunikasi yang luas yang mengantar informasi dari otak dan saraf tulang belakang ke setiap bagian tubuh. Saraf perifer juga mengirim informasi sensorik kembali ke otak dan saraf tulang belakang. HIV merusak serat saraf yang membantu melakukan sinyal dan dapat menyebabkan beberapa bentuk neropati. Distal sensory polyneuropathy menyebabkan mati rasa atau perih yang ringan hingga sangat nyeri atau rasa kesemutan yang biasanya mulai di kaki dan telapak kaki. Sensasi ini terutama kuat pada malam hari dan dapat menjalar ke tangan. Orang yang terdampak memiliki kepekaan yang meningkat terhadap nyeri, sentuhan atau rangsangan lain. Pada awal biasanya muncul pada stadium infeksi HIV lebih lanjut dan dapat berdampak pada kebanyakan pasien stadium HIV lanjut.
e.       Neurosifilis
Akibat infeksi sifilis yang tidak diobati secara tepat, tampak lebih sering dan lebih cepat berkembang pada orang terinfeksi HIV. Neurosifilis dapat menyebabkan degenerasi secara perlahan pada sel saraf dan serat saraf yang membawa informasi sensori ke otak. Gejala yang mungkin baru muncul setelah puluhan tahun setelah infeksi awal dan berbeda antar pasien, termasuk kelemahan, refleks yang menghilang, jalan yang tidak mantap, pengembangan degenerasi sendi, hilangnya koordinasi, episode nyeri hebat dan gangguan sensasi, perubahan kepribadian, demensia, tuli, kerusakan penglihatan dan kerusakan 40 tanggapan terhadap cahaya. Penyakit ini lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan. Penyakit ini umum biasa mulai pada usia setengah baya.
f.       Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
Berdampak pada orang dengan penekanan sistem kekebalan (termasuk hampir 5%pasien AIDS). PML disebabkanoleh virus JC, yang bergerak menuju otak, menulari berbagai tempat dan merusak sel yang membuat mielin – lemak pelindung yang menutupi banyak sel saraf dan otak. Gejala termasuk berbagai tipe penurunan kejiwaan, kehilangan penglihatan, gangguan berbicara, ataksia (ketidakmampuan untuk mengatur gerakan), kelumpuhan, lesi otak dan terakhir koma. Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan ingatan dan kognitif, dan mungkin muncul kejang. PML berkembang terus-menerus dan kematian biasanya terjadi dalam enam bulansetelah gejala awal.Kelainan psikologis dan neuropsikiatri dapat muncul dalam fase infeksi HIV dan AIDS yang berbeda, dan dapat berupa bentuk yang beragam dan rumit. Beberapa penyakit misalnya demensia kompleks terkait AIDS yang secara langsung disebabkan oleh infeksi HIV pada otak, sementara kondisi lain mungkin dipicu oleh obat yang dipakai untuk melawan infeksi. Pasien mungkin mengalami kegelisahan, depresi, keingingan bunuh diri yang kuat, paranoid, demensia, delirium, kerusakan kognitif, kebingungan, halusinasi, perilaku yang tidak normal,malaise, dan mania akut.Stroke yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah otak jarang dianggap sebagaikomplikasi AIDS, walaupun hubungan antara AIDS dan stroke mungkin jauh lebih besar daridugaan. Para peneliti di Universitas Maryland, AS melakukan penelitian pertama berbasis populasi untuk menghitung risiko stroke terkait AIDS dan menemukan bahwa AIDSmeningkatkan kemungkinan menderita stroke hamper sepuluh kali lipat. Para penelitimengingatkan bahwa penelitian tambahan diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan ini.Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infeksi HIV, infeksi lain atau reaksi sistemkekebalan terhadap HIV, dapat menyebabkan kelainan pembuluh darah dan/ataumembuatpembuluh darah kurang menanggapi perubahan dalam tekanan darah yang dapatmengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan stroke.Ensefalitis toksoplasma, juga disebut toksoplasmosis otak, muncul pada kurang lebih10% pasien AIDS yang tidak diobati. Hal ini disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii,yang dibawa oleh kucing, burung dan hewan lain yang dapat ditemukan pada tanah yangtercemar oleh tinja kucing dan kadang pada daging mentah atau kurang matang. Begitu parasit masuk ke dalam sistem kekebalan, ia menetap di sana; tetapi sistem kekebalan padaorang yang sehat dapat melawan parasit tersebut hingga tuntas, mencegah penyakit.



5.   Tinjauan Kasus
Tn. W dirawat diruang Medical Bedah karena diare sudah sebulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat ke dokter. Pekerjaan Tn.W supir truk dan dia baru saja menikah 2 tahun yang lalu. Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15 x/hari dan BB menurun 7kg dalam sebulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat sehingga tak nafsu makan. Hasil foto thorax ditemukan pleural eseffusion kanan, hasil laboratorium berikut : Hb 11 gr/Dl, leukosit 20.000/UI, trombosit 160.000/UI, LED 30 mm, Na 98 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl 110 mmol/L, protein 3,5. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan TD 120/80 mmH, N 120 x/menit, P 28 x/menit, S 39C, konjungtiva anemis, sclera tak iterik, paru-;aru : ronchi dan wheezing , turgor kulit jelek.

a.    Pengkajian
Data Fokus
Etiologi
Problem
Diagnosa
S : Tn. W mengatakan diare cair ±15x/hr, BB turun 7kg dalam sebulan, sariawan mulut tdk sembuh, tak nafsu  makan.
O :foto thorax terdapat pleural essefusion kanan.
 hasil lab : HB 11 gr/Dl, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/Ul, LED 30 MM, Na 98 mmol/L, K 2,8 mmol/l, Cl 110 mmol/L, protein 3,5.
Hasil pemeriksaan fisik : TD 120/80 mmH, N 120x/menit, P 28x/menit, S 39ºC, konjungtiva anemis, skela tak iterik,
paru2: ronchi / & wheezing , trigor kulit jelek.
Proses infeksi
Diagnosa medis terkena HIV/AIDS
HIV/AIDS berhubungan dengan proses infeksi

b.   Diagnosa Keperawatan
Hr/tgl/jam
Diagnosa Kep
Tujuan & Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Senin 1/10/12 12.00WIB
1.      hipertermi
-    Tujuan : menurunkan suhu tubuh
-    KH : panas turun (C)
1.      Ps tdk demam
2.      Ps tdk rewel
3.      Ps mau makan
1.      Ukur suhu
2.      Kompres
3.      Beri minum
4.      Kolaborasi
Utk mengetahui  suhu ps
Senin 1/10/12 12.15WIB
2.      diare
-    Tujuan : BAB normal
-    KH : BAB 1x/hr
1.      Ps mau makan & minum
2.      Ps tdk diare cair
3.      BB naik
1.      memberi makan& minum
2.      kolaborasi
Utk mengetahui BAB ps
Senin 1/10/12 12.25WIB
3.      tachikardi
-    Tujuan : Nadi normal
-    KH : Nadi (60-80x/mnt)
1.      Ps nadi normal
1.      Motivasi
2.      Ukur nadi
3.      kolaborasi
Utk mengetetahui nadi ps

c.    Perencanaan Keperawatan
Hr/tgl/jam
Diagnosa kep
Tujuan & kriteria hasil
Intervensi
rasional
Senin 1/10/12 12.00WIB
1.      hipertermi
-    Tujuan : menurunkan suhu tubuh
-    KH : panas turun (C)
4.      Ps tdk demam
5.      Ps tdk rewel
6.      Ps mau makan
5.      Ukur suhu
6.      Kompres
7.      Beri minum
8.      Kolaborasi
Utk mengetahui  suhu ps
Senin 1/10/12 12.15WIB
4.      diare
-    Tujuan : BAB normal
-    KH : BAB 1x/hr
4.      Ps mau makan & minum
5.      Ps tdk diare cair
6.      BB naik
3.      memberi makan& minum
4.      kolaborasi
Utk mengetahui BAB ps
Senin 1/10/12 12.25WIB
5.      tachikardi
-    Tujuan : Nadi normal
-    KH : Nadi (60-80x/mnt)
2.      Ps nadi normal
2.      Motivasi
3.      Ukur nadi
4.      kolaborasi
Utk mengetetahui nadi ps

d.   Implementasi
Hr/tgl/jam
Diagnosa Kep
Tujuan & Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Senin 1/10/12 12.00WIB
6.      hipertermi
-    Tujuan : menurunkan suhu tubuh
-    KH : panas turun (C)
7.      Ps tdk demam
8.      Ps tdk rewel
9.      Ps mau makan
9.      Mengukur suhu
10.  Memberi Kompres
11.  MemBeri minum
12.  Melakukan Kolaborasi
Utk mengetahui  suhu ps
Senin 1/10/12 12.15WIB
7.      diare
-    Tujuan : BAB normal
-    KH : BAB 1x/hr
7.      Ps mau makan & minum
8.      Ps tdk diare cair
9.      BB naik
5.      memberi makan& minum
6.      Melakukan kolaborasi
Utk mengetahui BAB ps
Senin 1/10/12 12.25WIB
8.      tachikardi
-    Tujuan : Nadi normal
-    KH : Nadi (60-80x/mnt)
3.      Ps nadi normal
5.      Memberi Motivasi
6.      Mengukur nadi
7.       Melakukan kolaborasi
Utk mengetetahui nadi ps

e.    Evaluasi
Implementasi
Evaluasi
1.      Memberi makan dan minum
2.      Mengukur suhu  tubuh
3.      Mengompres pasien
4.      Melakukan kolaborasi
S : Tn. W bilang diare 7x/hr , sariawan mulut tdk sembuh, suhu tdk turun,  nafsu  makan naik.
O : suhu 37, BB naik 3kg.
A : diare ps masih encer.
P : Rencana tidakan dilanjutkan lagi.



BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

HIV adalah kuman yang sangat kecil, yang disebut virus yang tidak bisa terlihat oleh manusia. AIDS adalah penyakit yang berkembang kemudian, setelah seseorang terkena infeksi HIV, virus AIDS. Penularan HIV pada wanita terjadi melalui injeksi ,wanita homoseksual dan transfusi darah.Sedangkan penularan HIV pada bayi dan anak bisa melalui jalur vertical (ibu ke bayi), darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual pada anak), dan pemakaian alat kesehatan yang tidak steril. Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi. HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kondisi diasis oral, diare kronis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar