Gmorning reader.. :)
gini nih nasip anak kuliahan tiap hari dapet sarapan tugas, makalah, persentasi, deelel.. kali ini aku mau ngepost tentang tugas Sistem Imun dan Hematologi aku.. Jurnal ini aku ambil di web tetangga, trus aku analisis, silahkan download , yang mau kritik saran aku terima #smile ..
gini nih nasip anak kuliahan tiap hari dapet sarapan tugas, makalah, persentasi, deelel.. kali ini aku mau ngepost tentang tugas Sistem Imun dan Hematologi aku.. Jurnal ini aku ambil di web tetangga, trus aku analisis, silahkan download , yang mau kritik saran aku terima #smile ..
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Stroke adalah masalah kesehatan
yang besar di Negara-negara industri. Stroke menyerang usia tua maupun muda dan menimbulkan
kecacatan yang permanen. Pasien stroke akan mengalami kecacatan fisik dan mental
yang menyebabkan beban social dan ekonomi yang tinggi, yang penting disini selain stroke itu menyerang
fisik dan mental, stroke juga menyebabkan disfungsi ereksi. Padahal saat
ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit
jantung dan kanker.
Beberapa uraian diatas menarik minat kami
untuk mengulas atau menganalisis jurnal dengan judul Disfungsi Ereksi pada Penderita Stroke. Dikarenakan perhatian para professional rehabilitasi terhadap seks pada pasien dengan
stroke masih kurang, di sisi lain kehidupan seks penting bagi kualitas hidup seseorang. Stroke bukan hal yang
asing diperbincangkan dalam dunia kesehatan, namun perhatian tentang seksualitas pada penderita stroke masih kurang. Sedangkan sampai saat ini masih jarang data-data epidemiologi mengenai fungsional seksual pada penderita stroke.
BAB II
INTISARI JURNAL
Penelitian ini menggunakan rancangan kohor retrospektif berfungsi untuk mengetahui besarnya resiko disfungsi ereksi pada penderita stroke, di poliklinik neurologi RSUD DR Moewardi Surakarta selama 4 bulan yang berlangsung pada tanggal 1
Maret-30 Juni 2009. Melibatkan 160 subjek penelitian terdiri dari penderita stroke (n=81) dan penderita bukan
stroke (n=79). Dinilai dengan Instrumen menggunakan International Index of
Erectile Fungtion /IIEF-5.Setiap butir pertanyaan memiliki rentang nilai 1-5,
makadi peroleh nilai minimal 5 dan maksimal 25.Dikatakan tidak disfungsi (normal) apabila indeks ereksi 22-25, dan <22 atau sama dengan 21
kebawah dikatakan disfungsi ereksi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan pasien stroke yang menderita disfungsi ereksi sebesar 79% (kategori derajat berat,
sedang, dan ringan), sedangkan bukan penderita stroke sebesar 39% yang mengalami disfungsi ereksi
(kategori derajat berat, sedang, dan ringan), sisanya sebesar 61% tidak mengalami disfungsi ereksi. Berdasarkan kelompok umur, dengan rentan umur 30-59 tahun subjek yang menderita disfungsi ereksi
sebanyak 20 subjek (34%), yang tidak disfungsi ereksi sebanyak 38 subjek (66%). Kelompok umur 60-79
tahun (74%).
Berikut perbandingan dari 4 model penelitian yang telah dianalisa :
Model
|
Hasil analisis
|
Nilai
OR
|
Fakta
|
1
|
Megnanalisis hubungan antara variable disfungsi ereksi dengan
stroke tanpa melibatkan
variable lain
|
Hasil analisis regresi logistic menunjukkan nilai Odds Ratio (OR) sebesar
5,8
|
Penderita stroke memiliki risiko 5,8 kali mengalami insiden disfungsi ereksi dibandingkan bukan penderita
stroke.
|
2
|
Menganalisis hubungan antara variable disfungsi ereksi dan
stroke dengan mengikutsertakan secara bersamaan
variable luar berupa
variable umur dalam analisis
|
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
OR mengalami peningkatan dari nilai
5,8 menjadi 22,1
|
Penderita stroke yang memiliki rentang umur
60-79 tahun memiliki resiko mengalami insiden disfungsi ereksi sebesar
22 kali dibanding penderita stroke yang berumur 30-59 tahun.
|
3
|
Menganalisis hubungan antara variable disfungsi ereksi dan
stroke dengan mengikutsertakan secara bersama factor resiko
diabetes mellitus.
|
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
OR pada model sebesar 5,6.
|
Penderita stroke yang memiliki factor resiko
diabetes mellitus memiliki risiko mengalami disfungsi ereksi sebesar
5,6 kali dibanding yang tidak memiliki.
|
4
|
Menganalisis hubungan antara variable disfungsi ereksi dan
stroke dengan mengikutsertakan secara bersamaan factor resiko hipertensi.
|
Hasil analisis menunjukan bahwa nilai OR pada model 4 sebesar 4,2
|
Penderita strok
yang memiliki factor resiko hipertensi memiliki resiko mengalami disfungsi ereksi sebesar
4,2 kali dibanding yang tidak memiliki factor resiko hipertensi.
|
BAB III
PEMBAHASAN
Stroke merupakan penyakit yang cukup
berbahaya. Seseorang yang mengalami penyakit stroke mengalami disfungsi ereksi
diakrenakan berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak karena adanya sumbatan
di bagian arteri carotis, sehingga menyebabkan penyempitan atau pecahnya
pembuluh darah. Aterosklerosis adalah salah satu penyebab terjadinya
penyumbatan pembuluh arteri yang menuju otak yang disebabkan oleh hipertensi,
makanan yang tidak sehat, seperti makanan cepat saji, dan berlemak,
berkolesterol tinggi, dan minum-minuman keras serta merokok. Serta itu
kurangnya olahraga menjadikan faktor utama pembuluh arteri mengalami
pengerasan.
Kerusakan di bagian system saraf
pusat menyebabkan terjadinya kelemahan otot (hemiplegia), kaku, yang
menyebabkan menurunnya fungsi sensori di seluruh tubuh, selain itu menurunnya
fungsi sensori yang menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi, ketidakmampuan
tubuh untuk melakukan gerak dengan baik sesuai dengan kehendak. Tubuh tidak
mampu untuk melakukan control gerak dengan baik sesuai dengan kehendak,
akibatnya pasien akan mengalami disfungsi ereksi saat melakukan hubungan
seksualitas. Hal tersebut sangat mengganggu mengingat hubungan seksual sangat
penting terutama bagi pria yang sudah berkeluarga.
Selain menyerang system saraf pusat,
storke juga menyerang batang otak (pons dan medulla oblongata), dimana terdapat
12 saraf kranial, yang sangat berperan mengatur segala fungsi organ-organ yang
berada di daerah kepala mulai dari kesadaran, fungsi berkomunikasi, fungsi
mengunyah, hingga fungsi menelan. Saraf kranial yang bersinggungan dengan
penyakit stroke mengalami disfungsi ereksi adalah refleks gerak menurun tubuh
menjadi tidak seimbang, yang menyerang Nervus Vestibulocochlealis (N. VIII).
Pada cerebral cortex memainkan peran kunci dalam memori, perhatian, kesadaran
persepsi, pikiran, bahasa, dan kesadaran. Seperti terjadinya apraxia
(ketidakmampuan melakukan gerakan sesuai tujuan).
Waspadai tentang hal tersebut,
apabila mengalami tanda dan gejala tersebut dalam waktu 24 jam, dinyatakan
sebagai Transient Ischemic Sttact (TIA), menjadi patokan serangan kecil atau
serangan awal dari stroke.
BAB
IV
IMPLIKASI
KEPERAWATAN
Dari hasil analisa Jurnal Disfungsi
Ereksi pada Penderita Stroke diatas, implikasi keperawatan
yang kami peroleh adalah :
1.
Berikan informasi yang jelas
mengenai penyakit stroke, tanda dan gejala, faktor resiko, hal-hal lain yang
menyangkut stroke kepada pasien semisal penyandang stroke selain mengalami kecacatan fisik,
depresi dan kecemasan yang menyebabkan beban social, serta ekonomi mereka juga akan mengalami disfungsi ereksi pada saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan,
terutama pada saat usia lanjut.
2.
Sisi psikologis pasien akan
menolak adanya penyakit stroke tersebut, maka berikan dukungan secara moral dan
spiritual yakinkan terhadap penderita stroke, dan keluarga untuk tetap tabah
dan menerima, karena mungkin disfungsi seksual akan sangat berbahaya bagi
keharmonisan keluarga, kepercayaan diri pria akan menurun, pikiran stress, hal
tersebut tidak menutup kemungkinan sebuah keluarga bisa berujung pada
perceraian.
3.
Jangan
melarang penderita untuk tidak melakukan hubungan seksual, hal tersebut akan menjadikan beban psikis tersendiri bagi pasien disisi
lain hubungan seksual secara tidak langsung merupakan terapi seks bagi penderita, jadi beri penjelasan kepada pasien untuk tetap
rutin melakukan konsultasi dengan dokter.
4.
Perawat harus lebih
memperhatikan upaya pemulihan atau rehabilitasi oleh fisioterapis bagi penderita stroke yang tidak hanya memfokuskan pada aspek kemampuan fungsional sehari-sehari saja, namun aspek seksualitas hendaknya mulai diperhatikan karena fungsi ini merupakan salah satu penentu kualitas hidup manusia, terutama
penderita stroke.
5.
Cermati pula dalam pemberian obat misal; pemberian
anti hipertensi (deuritic, betablocker, antia drenanegik, vasodilatator langsung) karena hal tersebut juga membawa risiko efek samping berupa disfungsi ereksi.