ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
Oleh : Sandra Mustika Ningtyas
Fungsi : untuk memperoleh oksigen agar dapat
dipergunakan oleh sel tubuh dan
mengeluarkan CO2 yg dihasilkan oleh sel
è Sehingga yang dimaksud Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi
adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi
makhluk hidup berikut mempelajari tentang asal-usul dan kajian dari berbagai
metode ilmiah tentang system pernafasan dalam tubuh manusia.
A.
STRUKTUR RESPIRASI
1.
Saluran nafas bagian atas
i. Hidung
Hidung adalah bangunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah
menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Lubang
hidung kanan dan kiri masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Menghembuskan
napas dari masing-masing lubang pun memiliki khasiat penyembuhan yang berbeda. Setiap
lubang hidung ketika beroperasi secara independen dapat mempengaruhi kimia
tubuh dengan cara yang berbeda. Ketika kedua lubang hidung bekerja secara
bersamaan, kimia tubuh juga mengalami perubahan.
Baik lubang
hidung kanan dan kiri berhubungan dengan sisi berlawanan dari belahan otak dan
lobus penciuman. Hidung berada dalam kontak langsung dengan hipotalamus melalui
jalur dengan lobus pencium di otak. Hipotalamus adalah bagian dari sistem
limbik, yang terkait dengan emosi dan motivasi.
Bernapas
melalui lubang hidung kiri mempengaruhi aktivitas kortikal otak di sisi kanan,
dan sebaliknya. Belahan otak kanan yang dipengaruhi oleh dominasi lubang hidung
sebelah kiri, terkait dengan kemampuan emosional, visual, relaksasi dan
kegiatan yang bersifat feminin.
Sedangkan
belahan otak kiri, yang dirangsang oleh dominasi lubang hidung kanan,
dihubungkan dengan kegiatan verbal, lebih energik dan rasional.
Fungsi
masing-masing lubang hidung bisa dirasakan pada saat proses penyembuhan. Contoh
masing-masing fungsi lubang hidung antara lain:
Bernapas
dominan lubang hidung kanan
1. Meredakan sakit kepala
2. Dapat membantu menyembuhkan gangguan pencernaan kronis
2. Dapat membantu menyembuhkan gangguan pencernaan kronis
Bernapas
dominan lubang hidung kiri
1. Dapat meredakan stres
2. Mengatasi kesulitan tidur (insomnia). Caranya, berbaring di sisi kanan dan bernapas dengan lubang hidung kiri (menurup lubang hidung kanan) selama 25 sampai 30 menit.
2. Mengatasi kesulitan tidur (insomnia). Caranya, berbaring di sisi kanan dan bernapas dengan lubang hidung kiri (menurup lubang hidung kanan) selama 25 sampai 30 menit.
Masing-masing rongga di bagian depan berhubungan kelau melalui nares
(cuping hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian atas
faring(nasofaring). Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi bagian
vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior, dan
bagian respirasi.
Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki cirri adanya
kelenjar sebasea besar, yang meluas ke dalam vestibulum nasi tempat terdapat
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut dengan rambutnya yang
kaku dan besar. Rambutnya kasar itu berfungsi menapis benda-benda kasar yang
terdapat di dalam inspirasi. Bagian yang lebih dalam dari vestibulum adalah
bagian respirasi.
Pada potongan frontal, rongga hidung berbentuk seperti buah alpukat,
terbagi dua oleh sekat (septum mediana). Dari dinding lateral menonjol tiga
lengkungan tulang yang dilapisis mukosa. Bangunan ini adalah konka nasalis
superior, medius, dan inferior. Terutama pada konka nasalis inferior terdapat
pleksus vena besar, berdinding tipis, dekat permukaan yang disebut jaringan
kavernosus atau jaringan erektil. Melebarnya pleksus vena ini berakibat
membengkaknya konka inverior ini, sehingga hidung tetutup yang menyukarkan
bernafas dari hidung (pada orang yang alergi). Di atas konka nasalis superior
serta sekat hidung di dekatnya terdapat daerah berwarna coklat-kekuningan.
Daerah ini mengandung reseptor penghidu dan disebut daerah olfaktoria (mukosa
olfaktoria).
Sinus paranasal adalah rongga berisi udara yang terdapat dalam
tulang-tulang tengkorak dan berhubungan dengan rongga hidung. Macam-macam sinus
yang ada adalah sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus etmoidalis, dan sinus
sfenoidalis.
i. Faring
Faring dapat dibagi menjadi nasofaring terletak di bawah dasar
tengkorak, belakang dan atas palatum molle; orofairng, di belakang rongga mulut
dan permukaan belakang lidah, dan alaringofaring di belakang faring. Tuba
Eustachii bermuara pada nasofaring. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan
udara pada kedua sisi membrane timpani. Bila tidak sama, telinga terasa sakit.
Misalnya naik pesawat terbang. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan.
Hubungan faring
dengan proses respirasi. Faring yang sering disebut-sebut adalah bagian dari
sistem pencernaan dan juga bagian dari sistem pernafasan. Hal ini merupakan
jalan dari udara dan makanan. Udara masuk ke dalam rongga mulut atau hidung
melalui faring dan masuk ke dalam laring. Nasofaring terletak di bagian
posterior rongga hidung yang menghubungkannya melalui nares posterior. Udara
masuk ke bagian faring ini turun melewati dasar dari faring dan selanjutnya
memasuki laring.
Kontrol membukanya faring, dengan pengecualian dari esofagus dan membukanya tuba auditiva, semua pasase pembuka masuk ke dalam faring dapat ditutup secara volunter. Kontrol ini sangat penting dalam pernafasan dan waktu makan, selama membukanya saluran nafas maka jalannya pencernaan harus ditutup sewaktu makan dan menelan atau makanan akan masuk ke dalam laring dan rongga hidung posterior.
Kontrol membukanya faring, dengan pengecualian dari esofagus dan membukanya tuba auditiva, semua pasase pembuka masuk ke dalam faring dapat ditutup secara volunter. Kontrol ini sangat penting dalam pernafasan dan waktu makan, selama membukanya saluran nafas maka jalannya pencernaan harus ditutup sewaktu makan dan menelan atau makanan akan masuk ke dalam laring dan rongga hidung posterior.
i.
Laring
Laring(kotak suara) bukan hanya jalan udara dari faring ke saluran nafas
lainnya, namun juga menghasilkan sebagian besar suara yang dipakai berbicara
dan bernyanyi. Fungsi laring, yaitu mengatur
tingkat ketegangan dari pita suara yang selanjutnya mengatur suara. Laring juga
menerima udara dari faring diteruskan ke dalam trakhea dan mencegah makanan dan
air masuk ke dalam trakhea. Kedua fungsi ini sebagian besar dikontrol oleh
muskulus instrinsik laring.Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan di
antaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam’s Apple), yang khas
nyata pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang
rawan krikoid, yan berhubungan dengan trakea. Epiglottis adalah
sekeping tulang rawan elastic yang menutupi lubang ke laring sewaktu menelan,
dan terbuka kembali sesudahnya. Mamalia menghasilkan suasa oleh getaran dari
pita suara pada dasar laring. Pembentukan suara adalah proses rumit. Suara bas
berat sampai 1700 Hz untuk soprano tinggi. Selain pada frekuensi getaran,
tinggi rendah suara juga tergantung panjang dan tebalnya pita suara itu
sendiri. Pita lebih panjang dan tebal pada pria sehingga menghasilkan suara
lebih berat, sedangkan pada wanita pita suara lebih pendek. Hasil akhir suara masih
ditentukan perubahan posisi bibir, lidah, dan palatum molle. Bentuk rongga
hidung dan sinus menghasilkan suara khas seseorang. Intensitas, volume, atau
“keras”-nya suara diatur oleh jumlah udara yang
melalui pita suara, dan ini pada gilirannya diatur oleh tekanan paru
oleh otot abdomen.
1.
Saluran nafas bagian bawah
i.
Trakea
dari laring
sampai puncak paru, tempat ia bercabang menjadi bronkus kiri dan
kanan. Tetapi
terbukanya trakea disebabkan tunjangan sederetan tulang rawan
(16-20 buah) yang
berbentuk tapal kuda, dengan bagian terbuka mengarah ke
posterior (esophagus).
Trakea dilapisi epitel bertingkat dengan silia dan sel goblet.
Sel goblet
menghasilkan mucus dan silia berfungsi menyapu partikel dan berhasil lolos dari
saringan di hidung, ke arah faring untuk kemudian ditelan atau diludahkan atau
dibatukkan. Potongan melintang trakea khas berbentuk huruf D.
Fungsi
Trakea adalah menyediakan tempat bagi udara yang di bawa masuk dan udara yang
dikeluarkan.
Trakhea juga bersifat :
- Sangat fleksibel
- Berotot
Trakhea juga bersifat :
- Sangat fleksibel
- Berotot
ü Jalan Napas Trakea
Trakea bercabang menjadi dua Bronkus Utama; dindingnya mengandung segmen
kartilago (tulang rawan) berbentuk U yan gmenghubungkan dengan otot polos. Saat
memasuki paru, bronkus akan bercabang berulang kali menjadi bronkus lobaris,
bronkus segmental (percabangan generasi 3 dan 4), dan bronkus kecil
(percabangan generasi 5-11), yang terkecil memiliki diameter ~1 mm. semuanya
memiliki lempeng kartilago irregular dan pita heliks otot polos. Bronkiolus
(percabangan generasi 12-16) hanya sedikit sekali mengandung kartilago dan
tetap terbuka karena jaringan paru disekitarnya. Bronkiolus terkecil (terminal)
akan bercabang menjadi bronkiolus respiratorius (percabangan generasi 17-19),
dan kemudian menjadi duktus dan sakus alveolaris (percabangan generasi 23), di
mana dindingnya membentuk alveoli dan hanya mengandung sel-sel epitel. Pori
kecil (pori alveolar, pori kohn) memungkinkan terjadinya tekanan yang sama besar
antar-alveoli. Paru mengandung ~17 juta cabang dan ~300 juta alveoli, yang
memberikan permukaan pertukaran seluas ~85 m2. Sirkulai bronchial
memasok jalan napas turun hingga ke bronkiolus terminalis; bronkiolus
respiratorius dan percabangannya mendapat nutrient dari sirkulasi pulmonalis.
ü Epitel dan
bersihin jalan napas
Jalan napas dari trakea sampai bronkiolus respiratorius dilapisi oleh
sel epitel kolumnar bersilia. Sel-sel goblet dan kelenjar submukosa menyekresi
mucus seperti gel dengan tebal 10-15 µm yang mengapung pada fase sol yang lebih cair. Denyutan
sinkron dari silia menggerakan mucus dan debris ke arah mulut (bersihan
mukosiliaris). Faktor-faktor yang meningkatkan ketebalan atau visikositas
(kekentalan) mucus (missal asma, fibrosis kistik) atau mengurangi
aktivitas silia (misalnya merokok)
dapat mengganggu bersihan mukolisiaris dan menyebabkan infeksi berulang. Mucus
mengandung zat-zat yang melindung jalan napas dari pathogen (misalnya antitrypsin, lisozim, imunpglobulin A).
Sel-sel epitel yang membentuk dinding alveoli dan duktus alveolaris
tidak bersilia, dan umumnya merupakan pneumosit alveolar tipe I (sel-sel
alveolar; epitel skuamosa) yang
sangat tipis. Sel-sel ini membentuk permukaan pertukaran gas dengan endotel
kapiler (membrane alveolar-kapiler). Beberapa pneumosit tipe II menyekresi
surfaktan yang mengurangi tegangan permukaan dan mencegah kolaps alveolar.
Mikrofag (fagosit mobil) di jalan
napas mengingesti benda asing dan megnhancurkan bakteri; di alveoli, makrofag
ini menggantikan fungsi silia dengan membersihkan debris.
ü Otot pernapasan
Otot pernapasan utama adalah otot inspirasi, yang terpenting adalah
diafragma; kontraksi diafragma akan mendatarkan kubah, mengurangi tekanan
rongga toraks, sehingga menarik udara masuk ke paru-paru. Otot interkostalis
eksterna membantu dengan cara menaikkan iga dan meningkatkan dimensi rongga
toraks. Pernapasan yang tenang normalnya adalah pernapasan diafragma; otot
inspirasi aksesorius (misalnya skalenus,
sternomastoideus) membantu inspirasi jika terdapat tahanan jalan napas atau
ventilasi yang tinggi. Ekspirasi dicapai dengan recoil pasif paru dan dinding dada namun, pada laju ventilasi yang
tinggi, ekspirasi dibantu oleh kontraksi otot abdomen yang mempercepat recoil
diafragma dengan meningkatkan tekanan abdomen (misalnya olahraga).
ü Volume dan tekanan
paru
Volume tidal adalah volume udara yang keluar dan mausk paru saat
pernapasan normal; volume tdak istirahat normal adalah ~500 mL, namun, seperti
volume paru lainnya, volume ini bergantung pada usia, jenis kelamin, dan tinggi
badan, kapasitas vital adalah volume tidal maksimum, yaitu ketika seseorang
menarik napas sedalam-dalamnya dan menghembuskan napas sehabis-habisnya.
Perbedaan volume antara ekspirasi istirahat dan ekspirasi maksimumm disebut
volume cadangan ekspirasi; hal yang sama pada inspirasi disebut volume cadangan
inspirasi. Volume paru setelah inspirasi maksimum adalah kapasitas paru total,
sedangkan colume paru setelah ekspirasi maksimum adalah volume residu.
Kapasitas residu fungsional (fungtional
residu capacity, FRC) adalah volume paru pada akhir pernapasan normal,
ketika otot-otot respirasi berelaksasi. Besar FRC ditentukan oleh keseimbangan
antara recoil elastic kea rah luar oleh
dinding dada dan recoil elastic ke arah
dalam oleh paru. Keduanya dikoupling oleh cairan di dalam rongga pleura
dada yang kecil, sehingga terjadi tekanan itu, perforasi dada menyebabkan udara
tersedot ke dalam rongga pleura, dan dinding dada akan mengembang, sementara
paru kolaps (pneoumotoraks). Penyakit yang mempengaruhi recoil elastic paru
akan mengubah FRC; fibrosis akan
meningkatkan recoil sehingga mengurangi FRC, sedangkan emfisema, dimana terjadi kerusakan struktur paru, recoil berkurang
dan FRC meningkat.
Selama inspirasi, perluasan rongga toraks membuat tekanan intrapleura
menjadi lebih negative, menyebabkan paru dan alveoli mengembang dan mengurangi
tekanan alveoli. Hal ini memunculkan gradient tekanan antara alveoli dengan
mulut, dan menarik udara ke paru. Selama ekspirasi, tekanan intrapleura dan
tekanan alveolar meningkat, walaupun, kecuali saat ekspirasi paksa (missal;
batuk), tekanan intrapleura tetap negative pada keseluruhan siklus karena
ekspirasi normalnya adalah pasif.
Ruang rugi (dead space) adalah
volumr jalan napas yang tidak berperan dalam pertukaran gas. Ruang rugi
anatomis mencakup saluran napas dan turun hingga ke bronkiolus terminalis;
normalnya ~150 mL. ruang rugi alveolar adalah alveoli yan gtidak mampu
mengadakan pertukaran gas; dalam kesehatan, hal ini tidaklah penting. Ruang rugi
fisiologis adalah jumlah ruang rugi anatomis dan alveolar.
Otot-otot respirasi harus mampu mengatasi gaya tahan selama bernapas.
Tahanan ini terutama adalah resistensi elastic dinding dada dan paru,
resistensi terhadap aliran udara (resistensi jalan napas paru).
i.
Paru
ü Percabangan
bronkus
Trakea bercabang menjadi bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus
kanan bercabang lagi menjadi bronkus (sekunder) lobus atas dan baeah. Setiap
bronkus lobaris bercabang lagi menjadi bronkus tersier (segmental). Setelah
Sembilan atau dua belas generasi
percabangan, ukuran saluran telah mengecil sampai berdiameter 1mm. saluran ini
disebut bronkiolus, yang turut
menyusun lobules paru. Bronkiolus memasuki lobules pada bagian puncaknya,
bercabang-cabang lagi membentuk empat sampai tujuh bronkiolus terminalis dan masing-masing bercabang lagi menjadi dua
bronkiolus respiratorius. Bagian ini bercabang lagi lebih dari tiga kali
menjadi duktus alveolaris, yang lebih
lanjut masih dapat bercabang dua sebelum menjadi sakus alveolaris dan alveoli.
Pertukaran gas berlangsung mulai dari bronkiolus respiratorius sampai
alveoli (bagian respirasi system pernafasan).
Bronkus ekstra-pulmoner susunannya sama dengan trakea, hanya lebih
kecil. Bronkus intra-pulmoner berbeda dari bronkus ekstra pulmoner, karena
tampak bulat. Hal ini disebabkan tidak lagi terdapat tulang rawan berbentuk C,
melainkan terdiri atas lempeng-lempeng tulang rawan hialin. Bronkiolus tidak
lagi memiliki tulang rawan, namunu otot polosnya lebih banyak.
Alveolus adalah unit fungsional paru. Setiap paru mengandung lebih 350
juta alveoli, masing-masing dikelilingi banyak kapiler darah. Alveoli
berkelompok mirip anggur dan menyediakan permukaan yang amat luas bagi
pertukaran gas, yaitu 60-70 m2 lebih luas dari permukaan kulit.
Setiap kali menarik nafas, anda Memaparkan daerah paru kira-kira seluas
lapangan tenis terhadap udara segar.
Alveoli bentuknya polygonal atau heksagonal; masing-masing alveolus
dilapisi oleh epitel gepeng yang sangat tipis. Ada dua jenis sel pelapis
alveoli, yaitu tipe I (sel alveolar
gepeng) dan tipe II (sel septa).
Sel tipe II berbentuk kuboid dan menonjol ke dalam ruang alveoli. Sel tipe II
ini mengkasilkan surfaktan, yang ikut menahan agar alveoli tidak kolaps. Pada
awal alveolus terdapat pula makrofag alveolar (disebut juga sel debu), yang
terdapat di dalam septum interalveolaris atau bebas di dalam ruang alveolus.
Sel ini makan dan musnahkan mikroorganisme dan partikel asing lainnya.
Banyak septa interaveolaris memiliki satu atau lebih pori, yang
menghubungkan alveoli bersebelahan. Fungsinya untuk memelihara keseimbangan
tekanan antar alveoli, terutama dengan yang berasal dari bronkiolus lain, yang
memungkinkan terjadinya kolateral bila slah satu bronkiolus tersumbat.